Monday, March 18, 2019

SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT (BAB 1) BAGIAN 1

Image result for sebuah seni untuk bersikap bodo amat pdf


JANGAN BERUSAHA.

Charles bukowski dulunya adalah seorang pecandu alkohol, senang main perempuan penjudi kronis, kasar, kikir, tukang hutang dan, dalam sehari-hari terburuknya, seorang penyair. Dia barangkali adalah manusia terkhir di muka bumi yang bakal Anda mintai nasihat tentang kehidupan, atau nama terahir yang ingin anda lihat dalam derentan buku motivasi jenis apapun. 

Justru fakta itulah yang menjadikan sosok sempurna untuk memulai buku ini.

Bokowski bercita-cita menjadi seorang penulis. Namun karyanya terus menerus ditolak oleh hampir setiap majalah, surat kabar, jurnal, agen, dan penerbit yang pernah dihubunginya. tulisanya sangat hancur, kata mereka, Kasar. Menjijikan. Tidak bermoral. Dan begitu tumpukan surat penolakan bertambah tinggi, beban dari kegagalan tersebut mendorongnya kedalam sebuah depresi yang kian diperberat oleh alkohol, yang terus menghantui sebagian besar hidupnya.

Sehari-hari, Bukowski bekerja seorang penyortir surat di sebuah kantor pos. Ia digaji sangat rendah, dan hapir seluruh uangnya dihabiskan untuk minuman keras. Barulah sisanya Ia pakai untuk berjudi di pacuan kuda. Malamnya, Ia minum-minum sendirian, dan kadang menuntaskan puisinya di mesin tik usangnya. kerapkali ia siuman di lantai setelah pinsan semalam sebelunya.

Tiga puluh tahun berjalan tanpa arti seperti itu, hampir seluruh waktunya habis dalam bayang-bayang alkohol, narkoba, judi dan pelacuran. Kemudian , saat Bukowski berusia 50tahun, setelah seumur hidup merasa gagal dan membenci diri sendiri, seorang editor di sebuah penerbitan independen kecil menaruh minat yang aneh pada dirinya. Editor ini tidak menawari Bukowski segepok uang atau penjualan buku yang menjanjikan. Namun dia menaruh ketertarikan yang ganjil terhadap si pemabuk dan si pencundang ini, jadi dia memutuskan  untuk memberikan satu kesempatan. Itukah pepeluang pertama Bukowski, dan, ia sadar, mungkin itu satu-satunya yang bisa di dapatkannya. Bukowski menjawab tantangan sang editor. "Saya hanya bisa memilih satu dari dua pilihan--- Tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting.... atau tetap di luar sini menjadi penulis, dan kelaparan. saya lebih memilih kelaparan saja."

Setelah mendatangani kontrak, Bukowski menulis novel pertamanya hanya dalam 3 minggu. Judulnya sederhana Post Office. Di dalamnya ia menulis, "Didedikasikan  untuk tak seorangpun."

Kelak Bukowski mencatatkan diri sebagai seorang penulis novel dan puisi yang sukses. Ia terus berkarya dan menerbitkan 6 novel dan ratusan puisi, menjual lebih dari 2 juta kopi. Popularitasnya melampui harapan untuk setiap orang, terutama untuk ekspetasinya sendiri.

Kisah Bukowski ibarat amunisi untuk kultur cerita inspiratif di zaman kita. Kehidupan Bukowski mewakili perjalanan Mimpi Amerika: seorang pria berjuang atas apa yang diinginkanya, pantang menyerah, dan pada akhir nya meraih mimpinya. Praktis, ini sebuah film. Kita semua semua menyaksikan cerita Bukowski dan berkata, "Apa kubilang? Orang ini tidak pernah menyerah. Orang ini selalu percaya diri. Ia gigih melawan segala rintangan, dan akhirnya sukses.   

Tapi semua narasi itu terdengar janggal, karena di atas batu nisan Bukowski tertulis. "Jangan berusaha."


Lihat, meski bukunya laris manis dan sosoknya terkenal, Bukowski dulunya adalah seorang pecundang. Ia tahu benar itu.  Dan keberhasilannya bukan hasil kegigihan untuk menjadi seorang pemenang.                 

No comments:
Write comments